Search

Catatan Calon Wartawan

Berbagi tentang komunikasi, media, dan juga keseharian

Layu Sebelum Berkembang: Masa Awal Kelahiran KPI

Featured post

Siaran Telepon: Sekilas Sejarah Awal Penyiaran

Penyiaran selalu diidentikkan dengan radio dan televisi. Bahkan karena keidentikkannya dan kemelekatannya antara penyiaran dengan radio dan televisi, maka penyiaran seringkali langsung didefinisikan sebagai radio atau televisi. Maknanya hanya tinggal dipertukarkan antara dua istilah itu. Namun jika melihat fungsi radio secara umum sekarang ini sebagai sarana penghantar siaran hiburan musik, warta berita, atau pendidikan, kegiatan siaran ini sudah hadir sebelum ditemukannya perangkat radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik. Briggs dan Burke (2006: 179) mencatat bahwa pada akhir abad 19, fungsi radio yang seperti ini telah diaplikasikan melalui teknologi komunikasi sebelumnya, telepon. Telepon digunakan untuk suatu forum pendengar yang terpisah-pisah dan bukan komunikasi antar individu yang bersifat titik demi titik, antara satu orang dengan satu orang lainnya. Mereka juga mencatat bahwa di Hongaria penggunaan telepon sebagai hiburan sangat berkembang dengan Theodore Puskas sebagai pengembangnya.

Continue reading “Siaran Telepon: Sekilas Sejarah Awal Penyiaran”

Featured post

Monopoli Ideologi, Privatisasi Sebatas Kroni, dan Oligopoli: Sekilas Sejarah Pertelevisian di Indonesia

Sejarah pertelevisian di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sejarah Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang menjadi satu-satunya stasiun televisi di Indonesia hingga akhir dekade 1980-an. Sejarah itu dimulai ketika Republik ini berulang tahun yang ke tujuh belas pada 17 Agustus 1962. Pada saat itu TVRI untuk pertama kalinya beroperasi. Siaran pertama TVRI waktu itu adalah peristiwa peringatan ulang tahun Republik Indonesia ke tujuh belas di Istana Merdeka, Jakarta. TVRI merupakan bagian dari proyek “mercusuar” pemerintahan Soekarno yang menempatkan gengsi bangsa di mata dunia luar sebagai prioritas utama, melebihi kebutuhan-kebutuhan riil bangsa yang lain. Melalui momentum Asian Games IV di mana Jakarta dipercaya sebagai tuan rumah, proyek ini dimulai[1] (Sudibyo, 2004: 280).

Continue reading “Monopoli Ideologi, Privatisasi Sebatas Kroni, dan Oligopoli: Sekilas Sejarah Pertelevisian di Indonesia”

Dari Revolusi ke Konglomerasi: Sejarah Radio Siaran di Indonesia

Mengenai sejarah radio di Indonesia, Krishna Sen dan David T. Hill menuliskan dalam bukunya Media, Budaya, dan Politik di Indonesia (2001: 93), bahwa dalam studi tentang kebudayaan dan komunikasi sangat sedikit perhatian akademisi terhadap radio dibanding media cetak, televisi, dan internet. Hal ini juga dikonfirmasi Rusdi Marpaung selaku direktur eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) waktu itu dalam kata pengantar buku Demokratisasi di Udara: Peta Kepemilikkan Radio dan Dampaknya bagi Demokratisasi (2007: ix) yang menyatakan bahwa dalam setiap perbincangan dan perdebatan tentang media di Indonesia, pembahasan soal kondisi, posisi, dan peran radio selalu luput dari perhatian dalam keseluruhan proses transisi menuju demokrasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari sulitnya ditemui catatan, penelitian, dan penerbitan buku tentang radio. Untuk referensi publikasi riset tentang radio di Indonesia dapat dilihat di Sen dan Hill. Media, Budaya, dan Politik di Indonesia, 2001, hal. 119, catatan kaki nomor 1.

Continue reading “Dari Revolusi ke Konglomerasi: Sejarah Radio Siaran di Indonesia”

Dari Revolusi, Monopoli Ideologi, ke Konglomerasi: Sekilas Sejarah Penyiaran di Indonesia

Kegiatan penyiaran di Indonesia dimulai awal abad 20, sekitar tahun 1920-an, yaitu sebelum Indonesia berdiri sebagai negara, ketika pemerintah kolonial membawa teknologi radio untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Kemudian, radio berperan dalam proses memperjuangkan kemerdekaan dari kolonialisme. Teknologi televisi baru masuk ke Indonesia pada awal 1960-an untuk kepentingan propaganda ideologis pemerintahan saat itu. Hingga akhir 1980-an, penyiaran, baik radio maupun televisi, di Indonesia berada dalam genggaman negara yang waktu itu masih “kuat”.

Continue reading “Dari Revolusi, Monopoli Ideologi, ke Konglomerasi: Sekilas Sejarah Penyiaran di Indonesia”

Frekuensi sebagai Benda Publik dari Dua Perspektif

Sepertinya, saya harus menambahkan tambahan sedikit keterangan mengenai pandangan Masduki yang melandasi tesis “Frekuensi sebagai benda publik” dengan Teori Pilihan Publik atau Public Choice Theory.

Continue reading “Frekuensi sebagai Benda Publik dari Dua Perspektif”

Frekuensi Radio sebagai Benda Publik

Seperti yang sempat disinggung sebelumnya, yang membedakan penyiaran melalui telepon di awal sejarah teknologi penyiaran dengan penyiaran yang dilakukan melalui radio adalah penggunaan teknologi nirkabel, yaitu gelombang elektromagnetik sebagai penghantar kode-kode pesan ke alat penerima gelombang tersebut. Sejarah selanjutnya dari penyiaran adalah kisah perebutan kepemilikkan gelombang elektromagnetik yang ada di angkasa dengan legitimasi hukum yang dibuat pemerintah setempat.

Continue reading “Frekuensi Radio sebagai Benda Publik”

Ruang Lingkup Sistem Penyiaran

Menurut sejarah penyiaran yang telah dibahas sebelumnya, bentuk-bentuk siaran yang ada pada radio sekarang ini, cikal bakalnya telah hadir pada teknologi komunikasi sebelumnya, yaitu telepon. Lalu apa yang membedakan antara siaran pada telepon dengan radio? Inovasi teknologi komunikasi tanpa kabel adalah jawabnya. Hal ini mengakibatkan kebutuhan terhadap kabel menurun, bahkan tidak ada. Dari sisi ekonomi, inovasi ini sungguh efisien karena perangkat yang dibutuhkan semakin sedikit dan jarak tidak menjadi kendala lagi. Berbeda dengan komunikasi yang menggunakan kabel, faktor jarak merupakan faktor yang diperhitungkan karena berpengaruh terhadap penggunaan kabel. Penggunaan gelombang elektromagnetik yang ada di angkasa bebas inilah yang pada perkembangannya membentuk karakter dari radio dan televisi.

Continue reading “Ruang Lingkup Sistem Penyiaran”

Fabian Society dan Kelahiran Harian Kompas

Perkembangan pers merupakan cerminan pertumbuhan intelektual suatu masyarakat. Dalam konteks kolonialisme, pers pribumi di Indonesia punya peran penting dalam mendefinisikan dan membangkitkan kesadaran (ke)Indonesia(an) modern. Di dalamnya bertumbuh gagasan-gagasan para intelektual yang di kemudian hari menjadi pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seperti pendapat Adam (2003; xxiv), proses modernisasi memacu pertumbuhan intelektual di kalangan orang Indonesia yang pada gilirannya mendorong perkembangan pers di Indonesia.

Continue reading “Fabian Society dan Kelahiran Harian Kompas”

Pengalaman dari Senior

J

udul         : Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita
Penulis     : A.M. Dewabrata
Penerbit  : Penerbit Buku Kompas, 2004
Tebal         : xx + 204 halaman

Bahasa ragam jurnalistik yang baik ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancar dari awal hingga akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat akrab di telinga masyarakat sehari-hari, serta tidak menggunakan susunan kaku, formal, dan sulit dicerna.

Continue reading “Pengalaman dari Senior”

Mutiara yang Padat dan Menarik

Sampul buku

 

 

 

Judul buku          : Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi
Penulis                 : H. Rosihan Anwar
Penerbit              : Media Abadi, 2004
Tebal                     : x + 160 halaman

Continue reading “Mutiara yang Padat dan Menarik”

Blog at WordPress.com.

Up ↑